Surakarta: detikperu.com-
Dandim 0735/Surakarta Letkol Inf Wiyata S Aji S.E, MDS bersama segenap unsur Muspida Kota Surakarta melaksanakan Ziarah di TMP Jurug Surakarta dalam rangka menyambut Hari Serangan Umum 4 hari di Solo. Kamis, (6/8/2020) pukul 07:30 wib s.d. selesai.
Ziarah dipimpin langsung oleh Walikota Surakarta F.X. Hadi Rudiyatmo didampingi Dangrup 2 Kopassus Kolonel Inf Andriyanto, Kapolres Surakarta Kompol Pol Andy Rifa’i S.IK.M.H, Dandim 0735/Surakarta Letkol Inf Wiyata S. AJI, S.E. MDS. beserta Muspida yang lain.
Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menegaskan kita harus menghormati para pahlawan yang telah gugur mendahului kita apalagi ini memasuki bulan Agustus dimana kita Solo akan memperingati serangan 4 hari di Solo.
“Perjuangan mereka sangat berharga demi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, mereka gugur membawa nama harum bangsa maka dari itu kita sebagai penerus bangsa minimal harus memberikan penghargaan yang setinggi tingginya dengan cara salah satunya melaksanakan Ziarah.”tuturnya.
Serangan Umum Surakarta atau juga disebut Serangan Umum Empat Hari berlangsung pada tanggal 7 -10 Agustus 1949 secara gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Pelajar dan mahasiswa yang berjuang tersebut kemudian dikenal sebagai tentara pelajar. Mereka berhasil membumihanguskan dan menduduki markas-maskas Belanda di Solo dan sekitarnya. Menurut catatan sejarah, serangan itu digagas di kawasan Monumen Juang 45, Banjarsari, Solo. Untuk menyusun serangan, para pejuang berkumpul di Desa Wonosido, Kabupaten Sragen dari situlah ide untuk melakukan serangan umum dikobarkan.
Mereka yang melakukan serangan bergabung dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta yang dipimpin Mayor Achmadi. Untuk menggempur markas penjajah, serangan dilakukan dari empat penjuru kota Solo. Rayon I dari Polokarto dipimpin Suhendro, Rayon II dipimpin Sumarto). Sementara itu Rayon III dengan komandan Prakosa, Rayon IV dikomandani A Latif (almarhum), serta Rayon Kota dipimpin Hartono. Menjelang pertengahan pertempuran Slamet Riyadi dengan pasukan Brigade V/Panembahan Senopati turut serta dan menjadi tokoh kunci dalam menentukan jalannya pertempuran.
Kegagalan Tentara Kerajaan Belanda mempertahan Kota Solo menggoyahkan keyakinan Parlemen Belanda atas kinerja tentaranya. Sehingga memaksa perdana menteri Drees terpaksa mengakomodasi tuntutan delegasi Indonesia sebagai syarat sebelum mereka bersedia menghadiri Konferensi Meja Bundar.
Penulis: (Arda 72 Pendim Surakarta)