Lampung Utara: detikperu.com-
Guna memutus rantai kemiskinan sekaligus upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pemerintah menyalurkan, segudang program bantuan sosial salah satunya adalah Program Keluarga Harapan atau sering disebut PKH.
Namun program tersebut (PKH) masih acap kali dijumpai di berbagai belahan pelosok desa, diduga masih kurang tepat sasaran dalam sistem penyalurannya. Seperti yang dialami beberapa warga Desa Sidorahayu, Kecamatan Abung Semuli, Kabupaten Lampung Utara
“Sebenarnya saya sangat mendambakan bantuan pemerintah berupa PKH itu seperti kebanyakan orang lain yang mendapat bantuan, tapi apa daya mas harapan hanya tinggal harapan saja, tidak mungkin bisa digapai ibarat pepatah, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih”, ratap Helita warga Desa Sidorahayu Rt 001/001.
Menurut ibu anak dua itu dirinya selama ini belum pernah didata, untuk mendapatkan bantuan sosial PKH, padahal ia mengaku dirinya mempunyai 2 balita, dan rumah nya berdiri atau menumpang di atas tanah milik sekolah.
“Kalau untuk PKH saya belum mendapat informasi, atau di data, hanya saja beberapa waktu lalu pernah didata katanya untuk bantuan BLT DD di musim virus Corona, dan Alhamdulillah kalau BLT DD nya saya dapat dan sudah menerima”. Ucapnya
Lanjut Helita, dengan keadaan yang serba kekurangan ini saya sangat berharap dapat diberikan bantuan PKH, karena saya merasa sangat membutuhkan, apa lagi kedua anak saya ini masih balita, jadi saya tidak bisa bekerja hanya mengharapkan pemberian dari suami.Paparnya.
Senada disampaikan Jumiatun salah satu warga Rt 002/005 merupakan buruh panen nanas di salah satu PT setempat menyampaikan bahwa dirinya juga mengalami nasib yang sama dengan HELITA, meski hidup serba kekurangan serta memiliki seorang putri yang duduk di bangku SMP, tetapi tidak pernah mendapatkan bantuan PKH.
“Saya jadi bingung, dengar-dengar dari kawan bahwa PKH ini untuk orang yang berpenghasilan rendah seperti saya, tapi kenapa saya tidak mendapatkan bantuan itu, padahal saya masih punya tanggungan anak yang masih sekolah, dan tempat tinggal saja masih berdinding geribik berlantaikan tanah, dan tanah yang saya tempati ini numpang punya orang tua,ā€¯terangnya
Kendati demikian Wati mengaku semenjak virus Corona melanda, dirinya mendapat perhatian dari pemerintah Desa berupa bansos BLT DD senilai Rp 600.000,-
“Untung ada Corona mas, jadi masih bisa merasakan bantuan, namun saya sangat berharap melalui media ini aspirasi dan ke inginkan kami masyarakat kurang mampu dapat didengar oleh pemerintah terkait, khususnya pengurus PKH, karena kami sangat membutuhkan bantuan itu,” Cetusnya
Hal yang sama juga disampaikan Suparmono, yang merupakan buruh serabutan, dirinya menjelaskan bahwa tidak pernah mendapat bantuan PKH dari pemerintah, padahal dilihat dari segi bangunan dan pekerjaan, seharusnya sudah menjadi peserta KPM PKH
“Saya jadi bingung dengan kebijakan pemerintah sekarang kenapa berbanding terbalik dengan kenyataan, program PKH katanya program orang miskin tapi kenapa di lapangan banyak juga orang seperti saya bisa luput dari kebijakan ini, dan saya lihat ada sebagian yang rumahnya sudah tergolong layak tapi ada label PKH, padahal saya masih mempunyai seorang balita,” Ucapnya.
Dirinya menambahkan, sampai saat ini saya belum pernah di data untuk bantuan PKH, jadi seolah olah kami ini Luput dari perhatian Khususnya Bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).
Hingga Berita Ini Di Publish Pemerintah Desa Sidorahayu, Kecamatan Abung Semuli belum bisa di konfirmasi. Pada saat di kunjungi ke rumah Pj kepala Desa sedang tidak dirumah (DL).
Penulis: Febri