Jakarta: Detikperu.com- Ketua DPR RI Puan Maharani memastikan lembaga yang dipimpinnya tetap terbuka bagi rakyat meski di masa pandemi Covid-19. Sebagai lembaga perwakilan rakyat, Puan mengatakan DPR selalu siap menerima aspirasi dari masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Puan dalam Sesi Tanya Jawab (Senja) bersama pembawa acara Feni Rose yang disiarkan live di Instagram, Jumat (24/9/2021). Dalam perbincangan santai dengan tema ‘DPR RI Tak Pernah Berhenti Mendengar Aspirasi Masyarakat’ itu, Feni Rose awalnya menanyakan mengenai kinerja wakil rakyat selama masa pandemi.
“Sekarang masih dibatasi kehadiran di Gedung DPR 20 persen. Setiap acara satu pimpinan wajib hadir, sisanya lewat zoom. Begitu juga dengan mitra kementerian,” kata Puan.
Meski ada pembatasan kehadiran di Gedung DPR, mantan Menko PMK itu mengatakan tak ada larangan bagi masyarakat yang hendak datang. Hingga saat ini, menurut Puan, belum ada aturan wajib vaksin untuk yang datang ke Gedung DPR meskipun untuk agenda tertentu ada kewajiban tes antigen atau PCR.
“Sampai sekarang kita belum pakai aplikasi PeduliLindungi (untuk masuk ke gedung DPR) karena banyak yang mau sampaikan aspirasi. Kalau yang mau sampaikan aspirasi belum punya sertifikat vaksin, mereka jadi nggak bisa masuk. Yang penting harus ketat prokes,” ungkapnya.
“Cuma di komisi, kalau rapat penting, harus antigen di hari H. Bisa di antigen di situ, atau bawa surat tes antigen yang menyatakan negatif Covid-19. Dan harus diketahui dulu apa urusannya serta mengikuti mekanisme yang ada, apalagi sekarang pandemi kan, karena kalau positif bisa memaparkan ke banyak orang,” sambung Puan.
Feni Rose pun bertanya metode apa saja yang bisa digunakan untuk menyampaikan aspirasi ke DPR. Puan menjelaskan, selain dengan datang langsung, masyarakat bisa mengirimkan aspirasi melalui surat atau dengan sarana media sosial, baik milik DPR resmi, ataupun langsung ke masing-masing anggota dewan.
Dua wanita yang sama-sama lulusan Universitas Indonesia itu kemudian berbincang mengenai tugas dan kinerja DPR, termasuk mengenai diplomasi parlemen. Puan mengatakan diplomasi bilateral dari sisi legislatif juga penting untuk menyampaikan eksistensi Indonesia di mata dunia, seperti yang baru-baru ini dihadirinya yaitu forum Fifth World Conference of Speakers of Parliament (5WCSP) di Wina, Austria.
“Termasuk ada juga pertemuan ketua-ketua parlemen perempuan di dunia, ada 26 perempuan yang hadir. Tahun depan Indonesia akan jadi tuan rumah G20, di parlemen juga ada P20, forum diplomasi internasional lembaga-lembaga legislatif negara-negara di dunia,” sebutnya.
Puan menjelaskan, forum diplomasi legislatif internasional akan menjadi sarana bagi DPR dalam menyampaikan visi misi Indonesia. DPR RI sendiri juga selalu berkoordinasi dengan pemerintah agar ada kesamaan visi misi yang akan dibawa di forum internasional.
Feni Rose lantas menanyakan pertanyaan netizen mengenai sistem pekerjaan di DPR, termasuk mengenai masa reses. “Apakah anggota DPR juga Sabtu-Minggu libur?” tanyanya.
Puan lantas menerangkan, kegiatan di DPR dilakukan dari Senin-Kamis karena pada hari Jumat digunakan anggota dewan untuk konsolidasi bersama fraksinya. Selain itu, anggota DPR juga tetap turun ke dapil bertemu dengan konstituen di Sabtu-Minggu, meski di luar masa reses.
“Kalau pandemi, bisa melalui zoom karena kita kan punya tim di daerah. Meski diperbolehkan undang-undang, tapi kita harus menjaga untuk tidak ada kerumunan kan. Karena tugasnya anggota itu turun ke lapangan, tapi bisa dilakukan dengan berbagai cara,” jelas Puan.
Puan sendiri mengaku bukan hanya harus turun ke dapilnya, tapi juga secara nasional mengingat posisinya sebagai pimpinan DPR. Fungsi pengawasan harus dilakukan merata di seluruh daerah, sehingga ia tak hanya berfokus pada Jawa Tengah yang menjadi dapilnya.
Netizen yang ikut menyaksikan perbincangan secara live di Instagram Feni Rose dan DPR RI ada yang menyinggung mengenai seringnya Puan meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di sejumlah lokasi. Puan mengatakan peninjauan vaksinasi menjadi penting sebagai salah satu bentuk pengawasan DPR RI terhadap program penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pemerintah.
“Salah satu hal yang bisa menyelesaikan pandemi adalah vaksin. Tapi masih ada masyarakat yang belum mau vaksin jadi saya harus menyerap aspirasi apa yang membuat mereka tidak mau vaksin,” terang perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Puan dalam beberapa kesempatan meninjau vaksinasi di sekolah-sekolah sebagai pengawasan persiapan pembelajaran tatap muka (PTM). Oleh karenanya, Puan menekankan pentingnya vaksinasi dilakukan meski bukan berarti orang yang sudah divaksin tidak akan terpapar Corona.
“Tapi Insyaallah, kalau kita sudah divaksin 2 kali, kalau pun kita terpapar, itu tidak akan parah sekali atau bahkan sampai menimbulkan kematian. Jadi saya mendorong dan mendukung vaksinasi itu agar sampai Desember target pemerintah memvaksinasi 100 juta warga bisa terlaksana,” katanya.
Tak hanya soal isu seputar kinerja DPR, Puan dan Feni Rose juga memperbincangkan mengenai leadership seorang perempuan. Mengaku juga pernah merasa canggung menjadi pemimpin di tengah mayoritas anggota DPR laki-laki, Puan membagikan tips bagaimana menjadi pemimpin yang baik terlepas dari gender.
“Saya yakin perempuan Indonesia hebat-hebat. Kita harus tunjukkan kalau kita mampu. Harus rajin baca, rajin kepo, harus mau tau, nggak boleh malu bertanya dan belajar. Proses ini saya lakukan panjang, dari saya dulu masih mahasiswa sampai sekarang, sudah hampir 30 tahun kali ya,” ungkapnya.
Dan yang paling penting, kata Puan, pemimpin harus paham mengenai substansi dari setiap isu yang ada. Lalu hal penting lainnya yang disoroti adalah mengenai pengalaman serta bisa menempatkan diri dalam situasi apapun.
“Yang paling penting turun ke bawah, ketemu rakyat, bergaul dengan bayak orang, menyerap aspirasi rakyat. Ini jadi hal yang nggak bisa dipelajari di kantor atau di buku. Bertemu orang jadi satu hal yang harus dilakukan, karena solusi itu hanya bisa didapat kalau kita turun di lapangan,” urai Puan.
Meski begitu, bukan berarti Puan tidak pernah merasa grogi saat berbicara atau berhadapan dengan banyak orang. Selain mengenai materi yang tidak boleh salah, Puan menyebut ada berbagai tantangan yang harus dihadapi anggota DPR.
“Ya pernah lah, apalagi yang ditemui orangnya beda-beda. Abis ngomong kesehatan, ngomong ekonomi, dan sebagainya. Belum lagi kita perempuan, rambut berantakan, baju kusut seharian kerja,” katanya.
“Ada nggak tim yang khusus untuk mengurus itu?” timpal Feni Rose.
“Nggak ada sih karena kebetulan saya kan orangnya simple aja, dari dulu gitu kan. Paling mungkin ada yang bisikin, ‘Bu rambut sebelah sini berantakan’ atau ‘Bu, roknya miring, nggak lurus’, paling gitu-gitu aja,” jawab Puan.
Kepada Feni Rose, Puan juga mengaku pernah merasa grogi saat pertama kali berbicara di hadapan umum. Padahal saat itu, ia hanya berbicara di depan 20 orang. Namun semua kendala tersebut menurutnya bisa dihadapi dengan banyaknya jam terbang, serta percaya diri.
“Saya dulu pernah magang jadi wartawan. Gimana ngejar-ngejar narasumber, harus bisa bikin berita. Itu kan bukan hal mudah. Dulu pelajaran komunikasi massa ada public speaking, tapi di lapangan ternyata nggak semudah yang ada di teori. Tapi lama-lama ya sekarang kayak maunya ngoceh terus,” kisah Puan sambil tertawa kecil.
Feni Rose kemudian bertanya apa saja yang dilakukan Puan untuk menjaga dan meningkatkan imun di saat pandemi. Puan mengatakan, dirinya rutin berolahraga, termasuk sesekali berolahraga di sekitaran Gelora Bung Karno, yang tak jauh dari kantornya di Gedung DPR. Puan juga mengaku memilih menjaga imun dengan mengkonsumsi makanan enak.
“Saya lebih seneng olahraga outdoor tapi kalau nggak bisa ya olahraga di rumah. Terus makan enak, kayak masakan Padang, ayam panggang, ayam pop, rendang. Itu favorit. Lalu nonton TV film yang seru-seru, jangan yang bikin sedih. Itu aja sih,” jelas Cucu Bung Karno tersebut.
Puan dan Feni Rose sendiri merupakan teman satu kampus, tepatnya lulusan Fisipol UI. Mereka pun mengenang suka bertemu saat menunggu bus kampus hingga bernostalgia sering makan di kantin Balsem, kantin yang berada di kampus Fisipol UI, saat masih menjadi mahasiswa di era tahun 1990-an.
“Kalau ke kafenya cuma bisa beli tahu aja, namanya mahasiswa uangnya terbatas karena di kafe mahal-mahal,” ujar Puan.
“Lho Mba Puan waktu mahasiswa uang sakunya juga ada batasan?” tanya Feni Rose penasaran.
“Ya iya lah,” tutup putri Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri tersebut.